Kamis, 31 Mei 2012

Belajar Menghargai Diri Sendiri

Belajar menghargai diri sendiri


Pernahkah kita mendengar kisah Helen Keller? Dia adalah seorang perempuan yang dilahirkan dalam kondisi
buta dan tuli. Karena cacat yang dialaminya, dia tidak bisa membaca, melihat, dan mendengar.
Helen Keller lahir di Tuscumbia, Alabama, 27 Juni 1880 dan meninggal di Easton, Connecticut, pada 1 Juni 1968 pada umur 87 tahun.
Helen adalah pemenang dari Honorary University Degrees Women’s Hall of Fame, The Presidential Medal of Freedom, The Lions Humanitarian Award, bahkan kisah hidupnya meraih 2 piala Oscar. Helen Keller juga menulis artikel serta buku-buku terkenal, diantaranya The World I Live In dan The Story of My Life (diketik dengan huruf biasa dan Braille), yang menjadi literatur klasik di Amerika dan diterjemahkan ke dalam 50 bahasa.
Ia berkeliling ke 39 negara untuk berbicara dengan para presiden, mengumpulkan dana untuk orang-orang buta dan tuli. Ia mendirikan American Foundation for the Blind dan American Foundation for the Overseas Blind.
Saya yakin, tidak ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan lahir dalam kondisi seperti itu. Seandainya Helen Keller diberi pilihan, pasti dia akan memilih untuk lahir dalam keadaan normal. Namun siapa sangka, dengan segala kekurangannya, dia memiliki semangat hidup yang luar biasa, dan tumbuh menjadi seorang
legendaris.
Dengan segala keterbatasannya, ia mampu memberikan motivasi dan semangat hidup kepada mereka yang memiliki keterbatasan seperti cacat, buta dan tuli.
Ia mengharapkan, semua orang cacat seperti dirinya mampu menjalani kehidupan sebagaimana manusia normal lainnya, meski itu teramat sulit dilakukan.
Ada sebuah kalimat fantastis yang pernah diucapkan Helen Keller yang membuat saya sadar akan artinya “Menghargai Setiap Apa Yang Ada Dalam Diri Saya”:
”It would be a blessing if each person could be blind and deaf for a few days during his grown-up live. It would make them see and appreciate their ability to experience the joy of sound”.
Artinya: Adalah sebuah anugrah bila setiap orang buta dan tuli beberapa hari saja. Dengan demikian, setiap orang akan lebih menghargai hidupnya. Terutama saat mendengar suara dan melihat sekelilingnya.
Sekarang, coba kita bayangkan sejenak. Andai kita menjadi seorang yang buta dan tuli selama 2 atau 3 hari saja! Tutup mata dan telinga selama 2-3 hari, jangan biarkan diri kita melihat atau mendengar apapun. Selama beberapa hari itu kita tidak bisa melihat indahnya dunia, tidak bisa melihat terangnya matahari, birunya langit, dan bahkan tidak bisa menikmati musik, radio dan acara tv kesayangan.
Bagaimana perasaan kita ? Apakah beberapa hari cukup berat? Bagaimana kalau dikurangi dua atau tiga jam saja? Saya yakin hal ini akan mengingatkan siapa saja, bahwa betapa sering kita terlupa untuk bersyukur atas apa yang kita miliki. Kesempurnaan yang ada dalam diri kita.
Seringkali yang terjadi dalam hidup kita adalah keluhan demi keluhan. Hingga tidak pernah menghargai apa yang sudah kita miliki. Padahal bisa jadi, apa yang kita miliki merupakan kemewahan yang tidak pernah bisa dinikmati oleh orang lain.
Coba kita renungkan, bagaimana orang yang tidak memiliki kaki? Maka berjalan adalah sebuah kemewahan yang luar biasa baginya.
Helen Keller pernah mengatakan, seandainya ia diijinkan bisa melihat satu hari saja, maka ia yakin akan mampu melakukan banyak hal, termasuk membuat sebuah tulisan yang menarik.
Dari sini kita bisa mengambil pelajaran, jika kita mampu menghargai apa yang kita miliki, hal-hal yang sudah ada dalam diri kita, tentunya kita akan bisa memandang hidup dengan lebih baik. Kita akan jarang mengeluh dan jarang merasa susah!
Menghargai diri sendiri adalah salah satu perwujudan rasa syukur kita, atas nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh tuhan YME kepada kita.. BERSYUKURLAH!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar