Penaklukan negeri-negeri di masa ‘Abdul Malik
Pada waktu terjadinya huru hara dalam negeri yang menyelubungi ‘Abdul
Malik, dan beliau bersungguh-sungguh dan sepenuh tenaga berusaha
menyelesaikannya, pada saat itu pula beliau melanjutkan usaha perluasan
wilayah dan jihad di jalan Allah sampai mencapai daerah yang jauh. Para
panglima dikerahkan dan disemangati untuk menjalankan misi ini.
Di daerah Khurasan, yang dipegang oleh gubernur Al Muhallab bin Abi
Shufrah, banyak melakukan usaha-usaha penaklukan. Beliau menaklukan
daerah Khawaqand dan kota Kusy pada tahun 80 H dan dijadikan sebagai
markas komandonya. Dari kota ini beliau mengirim anak-anaknya untuk
menyerang sejumlah negeri.
Setelah Al Muhallab meninggal, pemerintahan di wilayah ini dipegang
oleh anaknya yaitu Yazid dan berhasil menyerang daerah Khawarizmi. Di
tengah-tengah pemerintahannya beliau dikejutkan oleh sejumlah huru hara
yang muncul karena sikap fanatik terhadap suku di Khurasan sehingga
tidak mampu lagi menyerang negeri-negeri lain.
Dalam menghadapi kerajaan Romawi, `Abdul Malik berhasil memanfaatkan
waktu untuk mengadakan gencatan senjata sementara dengan Romawi sehingga
kondisi mendukungnya dan berhasil menyelesaikan perseteruan dari dalam
negeri. Ketika telah selesai menyelesaikan konflik yang terjadi di dalam
dengan berhasil membunuh Mush’ab bin Az-Zubair di Iraq, ‘Abdul Malik
mengerahkan pasukannya ke Romawi dengan penuh percaya diri dan
keberanian. Beliau membagi pasukan yang berperang di musim dingin
pasukan yang berperang di musim panas. Beliau berhasil melebarkan sayap
kekuasaannya di banyak wilayah. Kota Qaliqala berhasil ditaklukan pada
tahun 81 H, kemudian kota Mashishah.
Demikianlah ‘Abdul Malik dalam mengembalikan kemudian kaum muslimin.
Lalu beliau menantang Kerajaan Romawi dengan mengeluarkan mata uang
Islam dan melarang penggunaan mata uang Bizantium. Hal ini menjadi
penegak ekonomi di kerajaan Islam dan menambah pamor dan kemuliaan.
Kematian ‘Abdul Malik dan penghormatan yang beliau peroleh
`Abdul Malik meninggal pada pertengahan bulan Syawal 86 H di Damaskus
pada usia 60 tahun. Beliau adalah Amirul Mukminin ‘Abdul Malik bin
Marwan bin Al-Hakam Al-Umawi, bapaknya para raja (setelahnya dari Bani
Umayyah). Seorang pemberani dan ahli perang. Pertama kali memimpin
pasukan ke kerajaan Romawi tahun 42 H. Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu
mengangkatnya sebagai gubernur di Madinah padahal usianya baru 16 tahun.
Beliau belajar dari para fuqahaa’, ulama, dan ahli zuhud. Beliau
meriwayatkan hadits dari ayahnya, Jabir, Abu Sa’iid Al Khudri, Abu
Hurairah, dan Ibnu Umar. Banyak orang yang mengambil ilmu darinya. Nafi’
mengatakan: “Aku pernah menyaksikan kota Madinah dan tidak ada di
kota itu seorang yang lebih cakap, lebih faqih, lebih pandai membaca Al
Qur’an dari pada `Abdul Malik bin Marwan. Al A’masy menceritakan dari
Abu Zinad, Abu Zinad berkata: Fuqahaa’ (ahli fiqih) di Madinah ada empat
orang: Sa’iid bin Al Musayyab, ‘Urwah bin Az-Zubair, Qabishah bin
Dzuaib, dan `Abdul Malik bin Marwan sebelum masuk ke pemerintahan. “
Mulai memegang kekuasaan pada tahun 65 H di Syam dan Mesir, sedangkan
sisanya berada di bawah pemerintahan ‘Abdullah bin Az-Zubair
radhiyallahu ‘anhu sebagai khalifah yang sah berdasar syari’at, dan
‘Abdul Malik sebagai pihak yang melakukan pemberontakan. Setelah
‘Abdullah bin Az-Zubair radhiyallahu ‘anhumeninggal, ‘Abdul Malik
menjadi satu-satunya pemegang kekuasaan pada tahun 73 H.
`Abdul Malik adalah seorang yang cerdas dan pandai mengurusi perkara dunia.. Seorang yang teguh pendirian, kuat, dan cakap dalam
pidato. Al-’Ashma’i menceritakan tentang `Abdul Malik: “Abdul Malik ditanya: Uban cepat sekali tumbuh padamu. ‘Abdul Malik menjawab: Bagaimana tidak cepat tumbuh sedangkan aku menghadapkan pemikiranku di hadapan rakyat setiap satu jum’at sekali atau dua kali. Al-’Ashma’i mengatakan: Pada hari ‘Abdul Malik berkhutbah dengan khutbah yang lantang, kemudian menangis dengan
sekeras-kerasnya, lalu berkata: Wahai Rabbku, sungguh dosa-dosaku telah
banyak sedangkan ampunan-Mu adalah lebih besar dari pada dosaku. Ya Allah, hapuskanlah dosaku yang banyak dengan sedikit saja dari ampunan-Mu.” Al-’Ashma’i berkata: “Hal ini sampai
kepada Al-Hasan Al Bashri kemudian beliau. ikut menangis pula dan
berkata: Kalau saja ada perkataan yang ditulis dengan emas maka sungguh
perkataannya akan ditulis dengan emas’. “
Beliau mengatur roda pemerintahan dengan penuh hikmah dan kekuatan.
Menundukkan gerombolan pengacau dan menebarkan keamanan dan stabilitas.
Pada masanya kehidupan kaum muslimin dalam keadaan sentosa. Banyak
negeri berhasil ditaklukan, Islam disebarkan, kekafiran dan orang-orang
kafir dihinakan. Beliau memperbaiki negeri-negeri dan mengatur segala
urusannya.
`Abdul Malik meninggal pada tahun 86 H pada usia 60 tahun. Beliau
memegang pemerintahan selama 21 tahun. Selama delapan tahun kekuasaan
dibagi dengan `Abdullah bin Az-Zubair radhiyallahu ‘anhu sedangkan sisa
waktu yang lain beliau memegang sendiri.www.nurul-ilmi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar